Khamis, 18 Februari 2016

Mengenang masa kecilku


Generasi kelahiran 1970-1990 an, yang culun penuh canda tawa.

Dan itu adalah kami.
Kami adalah generasi terakhir yang masih bermain di halaman rumah yg luas. Kami berlari dan bersembunyi penuh canda-tawa dan persahabatan. Main Petak Umpet, Boy-boynan, gobag sodor, Lompat tali, Masak-masakan, sobyong, jamuran, putri putri Melati tanpa peringatan dari Bpk Ibu. Kami bisa memanfaatkan gelang karet, isi sawo, kulit jeruk, batre bekas, sogok telik mjd permainan yg mengasyikkan. Kami yg tiap melihat pesawat terbang langsung teriak minta uang.
Kami adalah generasi sederhana. Tanpa gadget dan komputer, kami bisa bermain canda tawa. Game Wot dan nintendo dengan layar masih hitam putih adalah mainan paling modern bagi kami. Satu game wot, kadang dipakai bareng sampai rebutan dan bertengkar dengan teman kami. Mempunyai radio dengan hetset, dipakai berjalan di tengah sawah dan di dengarkan bersama teman2 sambil mancing di sawah. Terkadang petani mencaci maki kami karena kami mancing sambil merusak tanaman mereka.
Pada hari libur sekolah, yang special adalah dimana ngumpul bersama teman2 itu di minggu pagi, bukan malam minggu. Saat libur di hari minggu, tontonan kartun seperti power ranger, crush gear, tamiya, doraemon, sinchan, dragon ball, ultramen dan Yugi-Ohh adalah sarapan kami bersama teman2, yang ketika berkumpul hanya ada satu tivi hitam putih dan di tonton lebih dr 5 orang.
Rindu kami adalah saat hari sabtu pulang sekolah awal, bermain bola di lapangan sampai kulit kami hitam. Sore harinya, sungai yang kotor kecoklatan adalah tempat mandi kami. kami memotong batang pohon pisang dan di rakit menggunakan kayu. Kami gendong bersama menuju ujung kali, dan kami naiki batang pohon pisang itu bersama sama mengarungi kali. Tak terhindarkan ada satu dua tai ikut lewat dibawah perahu pisang kami, dan itu yg kami takuti di sungai. Hahaha
Dan yang paling kami rindukan, adalah berkumpul dibawah pohon yg rindang dan sejuk. Ketela yg dibakar dengan kayu adalah hidangan nikmat kami sambil menunggu kambing kami kenyang makan rumput. Bukan berkumpul di mall dan selfie.
Kami adalah generasi yg tidak mengenal istilah pacaran. Kami hanya menyampaikan rasa suka dengan saling melirik mata saat bertemu, menyampaikan salam lewat teman, menulis tulisan rasa suka lewat sepotong kertas dan di selipkan ke laci meja sekolah. Apalagi bisa berjalan berpapasan dan bareng, sorak sorakan dan ejekan teman adalah malu bagi kami, hingga kami benci dengan namanya pacaran. Kami tidak mengenal hape dan motor yg hanya digunakan untuk ketemuan dan pacaran.
Sore hari yang cerah, kami bermain sepeda dan layang2, bukan bermain hape dan warnet.
Sebuah aqua gelas yg kosong kami selipkan di roda sepeda kami, suara yg paling keras dia lah yang paling keren. Kami berjuang mati matian menabung untuk membeli senar/tali dan layang2, kami bertarung di udara dimana layang2 yg putus akan di kejar seluruh anak2 satu desa, terkadang layang2 yg kami dapat di robek rame2 oleh lawan kami, dan kami saling lempar lumpur di tengah sawah.
Kami adalah generasi bebas. Bebas memanggil temannya dengan nama orang tua mereka, bebas menempelkan kertas di baju belakang teman kami dengan tulisan "AKU GILA". kami bebas bertanggung jawab.
Sebagai anak bangsa Indonesia, Kami hafal Pancasila, Nyanyian Indonesia Raya, maju tak gentar, Teks proklamasi, Sumpah Pemuda, Nama nama para Menteri kabinet pembangunan IV dan Dasadharma Pramuka dan Nama nama seluruh provinsi di Indonesia.
Yaa, itulah kami dengan gaya yang NDESO tapi menyenangkan. Kini disaat kalian sedang sibuk2nya belajar dengan kurikulum pendidikan yg njelimet, hape dan motor yg membawa kalian ke dalam aktifitas yg tidak penting, kini justru kami asik2an mengatur waktu untuk selalu bisa ngumpul reunian dg generasi kami.
Betapa bahagianya generasi kami. Subhanallah.
Semoga generasi tahun 90 an masih dalam suasana ndeso dan canda tawa masa kecilnya.
Oh tuhan, kami rindu masa laluku...